Sunday, May 02, 2010

Saturnus Dilanda Badai Salju Besar


Amukan badai salju menghebohkan yang begitu besar dan ganas terjadi di Saturnus hingga astronom NASA dan pengamat amatir sangat antusias mengamati dari bumi.

Pesawat luar angkasa Cassini milik NASA yang mengorbit di Saturnus berada di baris paling depan dalam mengamati serta merekam setiap detail badai yang terjadi di planet bercincin itu. Namun astronom amatir di bumi juga membuat rekaman pengamatan dari badai salju Saturnus tersebut.

“Kami begitu tertarik untuk mendapatkan hasil pengamatan dari para amatir,” ujar Gordon Bjoraker, peneliti dari Cassini serta anggota tim composite infrared spectrometer yang berbasis di Goddard Space Flight Center milik NASA di Greenbelt.

Data menunjukkan pergolakan badai yang besar di mana mengeruk begitu banyak materi dari atmosfir dalam dan menutup area setidaknya lima kali lebih besar dibandingkan badai salju terbesar di bumi sepanjang tahun ini.Badai salju di bumi ‘Snowmageddon’ terjadi di Washington DC pada Januari lalu.

Radio Cassini dan plasma merupakan instrumen dan kamera pencitraan yang telah merekam guntur dan badai cahaya dari Saturnus selama beberapa tahun di wilayah yang mengitari lintang pertengahan Saturnus yang disebut storm alley

Namun pengumpulan data dari badai ini memerlukan keseimbangan yang rumit karena badai di Saturnus dapat datang dan pergi setiap minggunya, sedangkan pencitraan Cassini dan observasi spektrometer harus dikunci dalam satu tempat setiap bulan.

Karena keterbatasan ini, NASA terkadang meminta bantuan dari astronom amatir.

Peneliti Cassini menganalisis seluruh gambar detail termasuk citra pada 13 Maret di mana puncak badai telah diambil oleh amatiran Christopher Go dari Filipina.

Beruntungnya, spektometer yang mengandung infrared telah berada di lintang terjadinya badai. Peneliti Cassini telah memperkirakan kemungkinan terjadinya badai di area tersebut, namun mereka tidak dapat memastikan kapan badai ini aktif.

Spektrometer Cassini memiliki data dari 25 dan 26 Maret yang menunjukkan komposisi phosphine lebih besar daripada yang diperkirakan. Ini merupakan gas yang seringkali ditemukan di atmosfir dalam Saturnus dan merupakan indikator adanya arus kuat yang mengangkat materi hingga ke bagian troposfir.

Data spectrometer juga menampilkan bahwa tropopause, garis di antara stratosfir dan troposfir, sekitar 1 derajat Fahrenheit (minus 17, 2 derajat Celcius) lebih dingin dibandingkan badai salju yang terjadi di wilayah lain.

"Badai salju ini tampaknya didukung oleh badai yang merusak begitu keras- mungkin hingga 100-200 kilometer (62-124 mil) di mana petir telah diamati dan awan terbuat dari air dan amonia," jelas Brigette Hesman, anggota tim spectrometer di University of Marryland.

Misi Cassini-Huygens ini merupakan proyek bersama NASA, European Space Agency serta Badan Antariksa Italia.




ShareThis


tanda tangan
tanda tangan

Bagikan

Jangan lewatkan

Saturnus Dilanda Badai Salju Besar
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.